Tata Cara Menasehati Dalam Islam

– Adab menasehati dalam Islam harus diterapkan agar seseorang yang membutuhkan nasihat tidak merasa terpojok dan disalahkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata nasihat memiliki arti ajaran atau pelajaran baik. Dalam Islam, nasihat boleh diberikan dengan tujuan untuk memberi masukan yang baik. Beliau menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan umat muslim seluruhnya” (HR. Nasehat bagi seorang muslim sangatlah penting, karena dengannya akan tercipta hubungan silaturahmi dan persaudaraan yang kuat serta munculnya tradisi saling menjaga dalam kebenaran. Seorang yang ingin menasehati hendaklah memiliki niat semata-semata untuk mendapatkan ridha Allah Ta’ala.

Ketika seseorang datang dan meminta nasihat maka hendaklah sambut dengan lemah lembut. Menasehati seseorang di tengah keramaian juga akan membuat orang tersebut malu.

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata: “Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri.

Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti” (Diwan Asy Syafi ‘i, hal. Ketika memberikan nasihat pada seseorang, jangan pernah memaksa orang tersebut menerima nasehat secara langsung.

Setiap orang tidak selalu dalam keadaan siap untuk menerima nasihat, terkadang ada kondisi jiwanya sedang gundah, marah, sedih, atau hal lain yang menghalanginya untuk merenungi atau bahkan menolak nasehat tersebut. Pemilihan waktu yang tepat ini sekaligus menjadi penentu seseorang menerima nasihat.

Adab-Adab Dalam Memberikan Nasehat

Alhamdulillah, pada kesempatan kali ini kami akan mencoba membahas terkait adab dalam memberikan nasehat. Semoga apa yang kami bahas ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Sebagaimana dalam hadits dari Tamim Ad Dariy radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: الدين النصيحة قلنا : لمن ؟ قال : لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم Beliau menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan umat muslim seluruhnya” (HR. Ada adab-adab yang perlu diperhatikan ketika menyampai nasehat kepada orang lain.

Dari Umar bin Khathab radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah hanya menerima amalan dari orang-orang yang bertaqwa” (QS.

وقد قال جماعة من أهل التأويل: ” المتقون ” في هذا الموضع، الذين اتقوا الشرك. فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا ْ} وهو الموافق لشرع الله، من واجب ومستحب، { وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا ْ} أي: لا يرائي بعمله بل يعمله خالصا لوجه الله تعالى، فهذا الذي جمع بين { الإخلاص والمتابعة Maka ayat ini menggabungka dua syarat diterimanya amalan: ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti tuntunan)”. “Hendaknya kalian berdua ucapkan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan ia akan ingat atau takut kepada Allah” (QS.

Celaan dan hinaan tidak menjadi halal ketika memberi nasehat kepada orang yang jatuh pada kesalahan. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya seorang hamba ketika berbicara dengan perkataan yang dianggap biasa, namun akan menyebabkan ia masuk neraka 70 tahun” (HR.

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Cukuplah seseorang telah berdosa jika menyampaikan seluruh yang ia dengar” (HR. Hendaknya nasehat yang diberikan kepada orang lain, bukan didasari oleh prasangka buruk.

“Jauhilah kalian dari kebanyakan persangkaan, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa” (QS. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

“Seorang mu’min itu mencari udzur (alasan-alasan baik) terhadap saudaranya. Yang demikian juga bukanlah perlakuan orang berakal dan bukan perilaku kedermawanan, namun bagaikan perlakuan penguasa kepada rakyatnya atau majikan kepada budaknya” (Al Akhlaq was Siyar fi Mudawatin Nufus, 45). Al Haitsam bin Jamil mengatakan, saya pernah berkata kepada Imam Malik bin Anas: “seseorang yang alim (berilmu) terhadap sunnah Nabi, apakah boleh ia berdebat tentang As Sunnah?”. Jika tidak diterima, ya sudah diam saja” (Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 2/94).

Karena orang yang dinasehati akan tersinggung dan merasa dipermalukan di depan orang-orang. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu Pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya.

Maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti” (Diwan Asy Syafi’i, hal.

Al Hafizh Ibnu Rajab berkata: “Apabila para salaf hendak memberikan nasehat kepada seseorang, maka mereka menasehatinya secara rahasia… Barangsiapa yang menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat.

Oleh karena itulah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda tentang menasehati pemimpin: من أراد أن ينصح لسلطان بأمر فلا يبد له علانية، ولكن ليأخذ بيده فيخلو به، فإن قبل منه فذاك،وإلا كان قد أدى الذي عليه

“Barangsiapa ingin menasehati penguasa dengan sesuatu hal, maka janganlah tampakkan nasehat tersebut secara terang-terangan. Jika tidak diterima, engkau telah menunaikan apa yang dituntut darimu” (HR. Ahmad, dishahihkan Al Albani dalam Takhrij As Sunnah Libni Abi Ashim, 1097). “Tahrisy adalah memancing pertengkaran antara orang-orang satu sama lain” (Jami’ Al Ushul, 2/754). Tahrisy adalah perbuatan langkah setan untuk memecah belah kaum Muslimin. “Sesungguhnya setan telah putus asa membuat orang-orang yang shalat menyembahnya di Jazirah Arab.

“Namimah ada dua macam: terkadang berupa tahrisy (provokasi) antara orang-orang dan mencerai-beraikan hati kaum Mu’minin. Maka ini hukumnya haram secara sepakat ulama” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/371, Asy Syamilah).

Maka hindarilah cara-cara yang berupa provokasi dalam menasehati sesama Muslim.

Menasehati Tanpa Melukai

Orang tua, kerabat dekat, teman, tetangga, dan bahkan orang-orang di luar Islam. Lalu beliau terketuk hatinya dan mendapat hidayah tatkala mendengar percakapan dua saudagar yang tengah takut kepadanya.

Dan banyak dari kaum muslimin di zaman Nabi yang berbondong-bondong masuk Islam tidak lain karena mulianya dakwah beliau.

Oleh karena itu, mari kita lihat bagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam beserta orang-orang shalih dahulu mengajarkan kepada kita bagaimana adab tatkala memberikan nasehat sehingga membuka pintu-pintu hidayah bagi seseorang.

Seorang yang ingin menasehati hendaklah meniatkan nasehatnya semata-semata untuk mendapatkan ridha Allah Ta’ala. Namun kadangkala nasehat harus disampaikan secara rahasia kepada seseorang yang membutuhkan penyempurnaan atas kesalahannya.

Itulah saat yang tepat untuk menasehati secara rahasia, tidak di depan publik. Al Hafizh Ibnu Rajab berkata: “Apabila para salaf hendak memberikan nasehat kepada seseorang, maka mereka menasehatinya secara rahasia… Barangsiapa yang menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat.

Terkecuali jika bahasa sindiran tidak dipahami oleh orang yang kamu nasehati, maka berterus teranglah!” (Al Akhlaq wa As Siyar, halaman 44) Oleh karena itu, harus ditemukan kunci untuk membuka hati yang tertutup.

Artinya, “Setiap sikap kelembutan yang ada pada sesuatu, pasti akan menghiasinya. Artinya, “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut.” (QS.

Dan tentu banyak bantuan yang diberikan kepada setan untuk merusak persaudaraan. Salah satu kewajiban seorang mukmin adalah menasehati saudaranya tatkala melakukan keburukan.

Ibnu Hazm Azh Zhahiri mengatakan: “Janganlah kamu memberi nasehat dengan mensyaratkan nasehatmu harus diterima. Tidak setiap saat orang yang hendak dinasehati itu siap untuk menerima petuah.

Adakalanya jiwanya sedang gundah, marah, sedih, atau hal lain yang membuatnya menolak nasehat tersebut. Jika seseorang ternyata tak bisa menasehati dengan baik maka dianjurkan untuk diam dan hal itu lebih baik karena akan lebih menjaga dari perkataan-perkataan yang akan memperburuk keadaan dan dia bisa meminta tolong temannya agar menasehati orang yang dimaksudkan.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dalam Syarhu Al Arba’in An Nawawi memberikan beberapa faedah dari cuplikan hadits di atas yaitu wajibnya diam kecuali dalam kebaikan dan anjuran untuk menjaga lisan. Jangan pernah putus asa untuk memohon pertolongan Allah karena pada hakekatnya Allah-lah Yang Maha Membolak-balikkan hati seseorang.

Meski sekeras apapun hati seseorang namun tidak ada yang mustahil jika Allah berkehendak untuk melembutkan hatinya dan menunjukkan kepada jalan-Nya. Daarul Ittiba’ dan Ad Daaru Al ‘Aalamiyyah Lin Nasyr wat Tauzii’ “99 Kisah Orang Shalih“.

14 Adab Menyampaikan Nasihat dalam Islam

Sobat, bisa jadi nasihat yang kita sampaikan untuk saudara seiman jauh lebih bernilai daripada emas dan perak yang kita beri untuknya sebab nasihat bisa membawa kepada jenis surga dalam islam. Berikut ini 14 Adab Menyampaikan Nasihat dalam Islamyang perlu kita pahami dan lakukan: Banyak orang keliru dalam memberi nasihat dan merasa paling pintar sehingg termasuk orang yang tidak memahami hukum memuji diri sendiri, yakni melakukannya di hadapan orang lain, padahal sebaik baik nasihat adalah yang dilakukan cukup empat mata tanpa sepengetahuan siapa pun, bahkan kalau perlu diberitahukan secara rahasia, baik waktu maupun tempatnya: “Barangsiapa yangberiman kepada Allah dan hari Akhir hendaklah berkata yang baik atau diam.”(HR.

Berteriak, memaki,merendahkan, atau memaksa bukanlah termasuk nasihat meskipun dimaksudkan untukkebaikan. Sobat, tak sedikit orangyang menasihati tanpa ilmu, ia hanya mengira ngira dan berprasangka saja.Sebisa mungkin, pastikan kita memberi nasihat sesuai dengan ilmu yang mumpunidan pernah kita pelajari serta bisa dipertanggungjawabkan.

Maka jangan pernah bosanmemberi nasihat dan peringatan, karena batu yang keras pun bisa berlubang jikaterus ditetesi air, apalagi hati manusia. Artinya, “Sesungguhnyasetiap amal itu bergantung kepada niatnya dan sesungguhnya setiap orang ituhanya akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya.

Nasihat disampaikan denganterang terangan ketika hendak menasihati orang banyak seperti ketikamenyampaikan ceramah. Namun kadangkala nasihat harus disampaikan secara rahasiakepada seseorang yang membutuhkan penyempurnaan atas kesalahannya. Itulah saatyang tepat untuk menasihati secara rahasia, tidak di depan publik. Sebagusapapun nasihat seseorang namun jika disampaikan di tempat yang tidak tepat dandalam suasana hati yang sedang marah maka nasihat tersebut hanya bagaikan asapyang mengepul dan seketika menghilang tanpa bekas.

Dan barangsiapa yang menasihatinya di depanorang banyak maka sebenarnya dia mempermalukannya.” (Jami’ Al ‘Ulum wa AlHikam, halaman 77) Abu Muhammad Ibnu Hazm AzhZhahiri menuturkan, “Jika kamu hendak memberi nasihat sampaikanlah secararahasia bukan terang terangan dan dengan sindiran bukan terang terangan.Terkecuali jika bahasa sindiran tidak dipahami oleh orang yang kamu nasihati,maka berterus teranglah!” (Al Akhlaq wa As Siyar, halaman 44)

Ibnu Hazm Azh Zhahiri mengatakan: “Janganlah kamu memberi nasihat denganmensyaratkan nasihatmu harus diterima. Jika kamu melanggar batas ini, maka kamuadalah seorang yang zhalim…” (Al Akhlaq wa As Siyar, halaman 44)

Tidak setiap saat orangyang hendak dinasihati itu siap untuk menerima petuah. Adakalanya jiwanyasedang gundah, marah, sedih, atau hal lain yang membuatnya menolak nasihattersebut.

Jika seseorang ternyatatak bisa menasihati dengan baik maka dianjurkan untuk diam dan hal itu lebihbaik karena akan lebih menjaga dari perkataan perkataan yang akan memperburukkeadaan dan dia bisa meminta tolong temannya agar menasihati orang yangdimaksudkan. Syaikh Muhammad bin ShalihAl Utsaimin dalam Syarhu Al Arba’in An Nawawi memberikan beberapa faedahdari cuplikan hadits di atas yaitu wajibnya diam kecuali dalam kebaikan dananjuran untuk menjaga lisan.

Demikian yang dapatpenulis sampaikan, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.

Agar Tidak Timbul Sakit Hati, Begini Cara Menasehati Orang Lain Sesuai Tuntunan Islam

(وعليك) إذا أردت أن تنصح إنساناً في أمر بلغك عنه بالخلوة به والتلطف له في القول له ولا تعدل إلى التصريح مع إمكان التفهيم بالتلميح فإن قال لك من بلغك عني هذا؟ فلا تخبره كي لا تثير العداوة بينه وبينه، ثم إن قبل منك فاحمد الله واشكر له وإن لم يقبل فارجع على نفسك باللوم وقل لها يا نفس السوء من قبلك أتيت، فانظري لعلك لم تقومي بشرائط النصح وآدابه Sekiranya ia bertanya siapa yang menyampaikan berita itu pada Anda, jangan memberitahukannya agar tidak menimbulkan permusuhan antara keduanya. Dari keterangan di atas, hal-hal yang harus Anda perhatikan agar saat memberi nasehat tidak timbul rasa dendam adalah sebagai berikut;

Written by Albara

Jadilah yang terbaik di mata Allah,
Jadilah yang terburuk di mata sendiri,
Jadilah sederhana di mata manusia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hukum Ketinggalan Shalat Idul Adha

Doa Anak Perempuan Meninggal