Adab Guru Terhadap Murid Dalam Kitab Ta’Lim Muta’Allim

Maka, untuk dapat mengajarkan ilmu kepada para murid, ada baiknya seorang guru memiliki adab-adab mulia terlebih dahulu. Imam Al-Ghazali menambahkan, seorang guru juga perlu memperbaiki diri sendiri dengan takwa sebelum ia memerintahkan orang lain.

Penghormatan Ilmu Melalui Kitab Ta’lim Muta’allim

Di karenakan bahwa : “orang yang ingin mencapai sesuatu tidak akan berhasil kecuali dengan menghargai, dan orang tidak akan jatuh dalam kegagalan kecuali dengan meninggalkan respek (rasa hormat) dan mengagungkannya ” Maka sebaiknya kita haru bisa menyesuaikan adab menghormati ilmu dengan cara yang pertama kita harus menghormati guru-guru kita yang mengajari atau yang memberi ilmu kita. Setiap ia mengajar satu huruf maka tidak cukup dengan memberinya seribu dirham”. Juga salah satu cara menghormati guru adalah menghormati anak-anaknya dan orang yang mempunyai hubungan dengannya guru kami syaikhul Islam Burhanuddin shahibul Hidayah pernah bercerita bahwa seorang ulama besar dari bukharah sedang duduk dalam suatu majelis pengajian sesekali ia berdiri dan duduk lagi ketika ditanya kepadanya mengenai sikapnya itu ia menjawab : ”sesungguhnya Putra Guruku sedang bermain bersama anak-anak lain di halaman rumah setiap kali aku melihatnya aku berdiri sebagai penghormatan kepada Guruku”.

LADUNI.ID – Layanan Dokumentasi Ulama dan Keislaman

Silahkan buka adab murid terhadap guru dalam Kitab Ta’lim Muta’alim halaman 16. Terserah padanya, saya mau dijual, dimerdekakan ataupun tetap menjadi hambanya (pembantu) Inilah kesempurnaan dalam mengagungkan. لقد حق أن يهدى إليه كرامة لتعليم حرف واحد ألف درهم

Keyakinanku tentang hak paling hak adalah hak guru, paling wajib memeliharanya kepada setiap muslim Yakinlah guru berhak dihadiahkan kemuliaan, karena mengajar satu huruf, berhak seribu dirham Maka sesungguhnya orang yang mengajarmu satu huruf yang diperlukan dalam urusan agama adalah bapakmu dalam kehidupan agama. Penyebabnya adalah ruh yang mendatangi badan, hal ini akibat kedua orang tua. : Barang siapa yang menginginkan putranya menjadi ‘alim, maka hendaklah menjaga para pengembara golongan ahli fiqih, memuliakannya, mengagungkannya dan memberikan sesuatu atau menyedekahkan sebagian harta walaupun sedikit.

Qodli Imam Fakhruddin Al-Arsabandi yang menjabat kepala para imam di Marwa, yang sangat di hormati sultan pada zamannya, berkata : “Saya bisa menduduki derajat ini, karena menghormati guru. Maka sesungguhnya Saya menjadi pelayan guruku Qoodii Imam Abi Yazid Ad-Dabbusi. Syaikhul Imamil Ajall Syaikhul Aimmah Al-Khulwani, keluar dari Bukhara dan menetap di beberapa kampung untuk beberapa lama karena suatu peristiwa baru yang menimpa dirinya sehingga mewajibkan beliau keluar dari kota menuju kampung.

Banyak muridnya berziarah kepadanya kecuali Syaikhul Imam Qadli Abu Bakar AzZaranji. Beliau berkata: “Engkau dianugrahi panjang usia, tetapi tidak mendapat anugrah buah manis belajar dan perhiasan ilmu.” Maka tak akan manfaat pelajaran tersebut dan yang tersisa adalah kebodohan.

Ada hikayat dari Syaikh Imam Syamsul Aimmah Al-Hulwani, sesungguhnya beliau berkata : “Pastinya Saya mendapatkan ilmu ini dengan mengagungkannya. Maka sesungguhnya Saya tak mengambil lembaran ilmu kecuali dalam keadaan suci.” Guru Kami Qodli Al Ajal Fakhrul Islam yang termasyur dengan Qodlikhan rhm pernah berkata : “Kalau yang demikian itu (menyimpan botol tinta di atas kitab) tidak dimaksud meremehkan, maka tidak mengapalah (menyimpannya). Namun lebih baik disingkirkan saja, sebab hal itu menyerupai dengan meremehkan.”

Hindari membuat catatan penjelas yang membuatnya tidak jelas lagi, kecuali dalam keadaan terpaksa harus menulisnya. Dengan format tersebut, akan lebih memudahkan jika dibawa, menyimpan dan memuthala’ahnya.

Dan mestilah jangan ada di dalam kitab, tulisan yang berwarna merah, karena hal itu perbuatan kaum filsafat bukan ulama salaf. Sesungguhnya tabiat itu berbeda-beda, maka sebagian ada yang lebih layak dengan ilmu fiqih, sebagian lagi ada yang lebih layak dengan ilmu bahasa Arab dan selain itu.

Terbukti ada sebuah hikayat, bahwa sesungguhnya Muhammad bin Ismail Al-Bukhari pada mulanya beliau belajar shalat kepada Muhammad bin Hasan yang juga dikenal dengan Imam Rabbanii, salah satu imam dari golongan Hanafiyah. Hal ini karena beliau mengetahui bahwa ilmu hadits lebih sesuai dengan tabi’at Bukhari.

Dan mesti bagi pencari ilmu, menjaga dirinya daripada akhlak-akhlak yang tercela menurut agama. “Malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya terdapat gambar atau anjing”.

Tetapi mestilah menyertakan usaha dan kesungguhan sehingga terlihatlah fadol Allah tersebut berjalan menurut adat Alloh. Banyak juga orang merdeka yang menempati derajat budak dalam kerendahan dan kehinaannya karena tak adanya kesungguhan membeli fadhol Allah.

Adab Santri Kepada Guru; Kitab Ta’lim Muta’allim

Karena selain sebagai transformator (penstranfer ilmu), guru juga merupakan motivator terbaik yang harus kita junjung tinggi. Karena kedua fungsi guru itulah (sebagai transformator dan motivator) kita dapat memperoleh ilmu yang tak terbatas. Berikut ini adab menghormati guru sebagaimana termsktub dalam kitab Ta’lim Muta’allim:

Ali ra berkata: “Saya menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu huruf.

Guru kita Syaikhul Imam Sadiduddin Asy-Syairaziy berkata: Guru-guru kami berucap: “bagi orang yang ingin putranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan, mengagungkan, dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama yang tengah dalam pengembaraan ilmiyahnya. Termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya, duduk di tempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara macam-macam darinya, dan menanyakan hal-hal yang membosankannya, cukuplah dengan sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah. فالحاصل: أنه يطلب رضاه، ويجتنب سخطه، ويمتثل أمره فى غير معصية لله تعالى، فإنه لا طاعة للمخلوق فى معصية الخالق كما قال النبى صلى الله عليه وسلم: إن شر الناس من يذهب دينه لدنيا بمعصية الخالق. Pada pokoknya, adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjungjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama, sebab orang tidak boleh taat kepada makhluk dalam melakukan perbuatan durhak kepada Allah Maha Pencipta.

وكان أستاذنا شيخ الإسلام برهان الدين صاحب الهداية رحمة الله عليه حكى: أن واحدا من أكابر الأئمة بخارى كان يجلس مجلس الدرس، وكان يقوم فى خلال الدرس أحيانا فسألوا عنه, فقال: إن ابن أستاذى يلعب مع الصبيان فى السكة، ويجيئ أحيانا إلى باب المسجد، فإذا رأيته أقوم له تعظيما لأستاذى

والقاضى الإمام فخر الدين الأرسابندى كان رئيس الأئمة فى مرو وكان السلطان يحترمه غاية الاحترام وكان يقول: إنما وجدت بهذا المنصب بخدمة الأستاذ فإنى كنت أخدم الأستاذ القاضى الإمام أبا زيد الدبوسى وكنت أخدمه وأطبخ طعامه (ثلاثين سنة) ولا آكل منه شيئا. Qodli Imam Fakhruddin Al-Arsyabandiy yang menjabat kepala para imam di marwa lagi pula sangat di hormati sultan itu berkata : “Saya bisa menduduki derajat ini, hanyalah berkah saya menghormati guruku. Barang siapa melukai hati sang gurunya, berkah ilmunya tertutup dan hanya sedikit kemamfaatannya.

Adab-Adab Seorang Guru Menurut Imam Al-Ghazali

Maka, untuk dapat mengajarkan ilmu kepada para murid, ada baiknya seorang guru memiliki adab-adab mulia terlebih dahulu. Imam Al-Ghazali menambahkan, seorang guru juga perlu memperbaiki diri sendiri dengan takwa sebelum ia memerintahkan orang lain.

Written by Albara

Jadilah yang terbaik di mata Allah,
Jadilah yang terburuk di mata sendiri,
Jadilah sederhana di mata manusia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cara Puasa Apit Weton 3 Hari

Bacaan Niat Sholat 5 Waktu